Home » Obat Palsu ‘Bunuh’ 300 Ribu Lebih Anak di Dunia

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Categories

Recent Posts

Obat Palsu ‘Bunuh’ 300 Ribu Lebih Anak di Dunia

Obat Palsu ‘Bunuh’ 300 Ribu Lebih Anak di Dunia – CNN Indonesia – Obat-obatan palsu semakin merajalela di dunia, termasuk di Indonesia. Penelitian terbaru menunjukkan obatan-obatan palsu dan berkualitas rendah yang terus melonjak membuat ratusan ribu anak-anak meninggal dunia setiap tahunnya.

“Kita berbicara tentang 300 ribu -setidaknya- anak-anak yang telah meninggal karena obat-obatan yang didistribusikan oleh para kriminal,” kata peneliti dari Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat Joel Breman, dikutip dari CNN.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tiga jenis produk media yang dipalsukan dan di bawah standar. Yakni, produk medis yang sengaja salah menggambarkan komposisi dan sumber obat, produk medis yang gagal memenuhi standar kualitas atau spesifikasi tertentu, dan produk medis yang tidak terdaftar atau belum diuji dan tidak disetujui.

Menurut laporan yang baru saja dipublikasikan American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, jumlah produk medis yang dipalsukan dan di bawah standar terus meningkat.

Data dari Pfizer Global Security, pada 2008 terdapat 29 produk medis mereka yang dipalsukan di 75 negara. Angka itu pada 2018 melonjak menjadi 95 obat palsu di 113 negara. Diperkirakan kini obat-obatan palsu dan di bawah standar itu mencapai 10 persen dari seluruh obat yang beredar di dunia. nahjbayarea.com

Breman menjelaskan obat-obatan palsu ini juga menyebabkan banyak kerugian pada negara berpenghasilan menengah dan rendah. Salah satu yang jadi perhatian utama adalah obat antimalaria yang dipalsukan dan menyebabkan lebih dari 150 ribu kematian anak setiap tahunnya.

Program pemantauan terapi kombinasi antimalaria dan artemisinin (sering disebut ACT) menemukan 25 persen ACT yang tersedia di delapan negara Afrika tidak terjamin mutunya. Hanya ada 12 perusahaan terkemuka yang memiliki ACT yang telah disetujui, sedangkan 185 produsen lainnya diragukan.

Obat antibiotik untuk mengobati pneumonia juga banyak ditemui dan menyebabkan kematian diseluruh dunia. Radang paru-paru atau infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu penyakit yang paling umum bagi anak-anak.

Selain obat-obatan untuk anak-anak, obat-obatan palsu juga meningkat untuk penyakit kronis seperti hipertensi. Pharmaceutical Security Institute menemukan setengah dari obat-obatan palsu yang beredar merupakan obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi tersebut. Obat-obatan lain meliputi obat untuk penyakit jantung, disfungsi ereksi, kanker dan nyeri.

Menurut Breman, cara yang paling umum menjual obat-obatan palsu ini adalah lewat internet. Pada 2016, ditemukan terdapat 35 ribu apotek online. Pfizer Global Security mencoba membeli 250 obat Xanax dari penyedia di internet dan menemukan bahwa 96 persen adalah obat palsu.

Peredaran obat palsu kembali terjadi di beberapa apotek di kawasan Jabodetabek. Obat palsu ini diedarkan salah satu Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memproduksi sendiri obat palsu.

Sebenarnya, obat palsu bisa dikenali dengan mudah, Bun. Mengutip laman resmi Badan Pengusaha Obat dan Makanan (BPOM), salah satu cara mengenali obat palsu adalah dengan mengidentifikasi Nomor Izin Edar (NIE), tanggal kedaluawarsa, nomor Bets, dan identitas produk lainnya.
Kepala Bidang Pemeriksaan Balai Besar POM Serang, Faizal Mustofa Kamil juga memberikan tips tambahan untuk mengenali obat palsu. Perhatikanlah bentuk, warna, dan harga obat.

“Pastikan terdapat Nomor Izin Edar, ciri fisik sesuai aslinya dan harga yang wajar,” kata Faizal.
Untuk mempermudah, seringlah lakukan CekKlik (Cek Kemasan, Label, Izin Edar dan Kadaluarsa) pada obat sebelum dibeli atau dikonsumsi. Selain itu, kita harus tahu jenis-jenis obat sehingga dapat membedakan obat bebas, bebas terbatas, obat keras, psikotropika, atau narkotika.

Kenali juga ciri-ciri fisik obat palsu lainnya, Bun. Dilansir detikcom, berikut 3 ciri fisik obat palsu yang Bunda harus tahu.